Daun yang rindang, pohon yang kokoh serta akar serabut yang menggurita ke dalam tanah adalah platform dan karakteristik Partai Golongan Karya.
Struktur dan mekanisme nya tumbuh sistimatik dan bermetamorfosis sesuai tuntutan jaman. Si beringin pun terus bertransformasi merespon ruang demokrasi.
Dari periode ke periode nakhodanya terus berganti. Masing-masing pemimpinnya tampil dengan style dan mindset berbeda. Sebagai partai tua, Golkar di bawah kendali Airlangga Hartarto berupaya survive serta tampil modern berkamuflase agar tidak terlihat sebagai partai penguasa (the rulers party).
Semangat pembaharuan berbasis sentralistik sah-sah saja namun tidak boleh mengabaikan kader potensi daerah sebagai akar serabutnya beringin.
Adalah Ahmad Hidayat Mus dan Edi Langkara. Kedua politisi ini adalah punggawanya Pohon Beringin Maluku Utara. Di tengah ketatnya pertarungan politik, DPP Partai Golkar sepatutnya merawat dan menjaga kader dan pengurusnya potensial.
Pasalnya, di kalangan politisi dan para elit Maluku Utara, AHM dan Elang merupakan politikus senior yang mumpuni dan berdedikasi. Keduanya dikenal luas karena bermental petarung.
Selain diperhitungkan, Golkar di negeri para raja lebih bermarwah dan bermartabat karena kedua sosok tersebut. Sayangnya, awan duka menyelimuti keduanya. Pesta demokrasi yang seharusnya menjadi tontonan menarik, dibuat tragis oleh DPP Partai Golkar.
Itu terjadi setelah Edi Langkara yang tercatat sebagai Wakil Sekjen Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Maluku dan Maluku Utara gagal memperoleh rekomendasi dukungan sebagai Calon Bupati Halmahera Tengah dari partai Golkar 2024.
Ketum AH malah lebih memilih pasangan Ikram M. Sangadji dan Ahlan Djumadil. Lucu bukan? Pasalnya, Politisi sekaliber Elang, kader murni potensial malah diabaikan oleh partai kebanggaannya.
Demikian pula dengan AHM. Putrinya semata wayang, Sashabila Mus yang unggul survei dari kandidat lain pun bernasib sama. Entah apa alasan DPP Partai Golkar sehingga rekomendasi jatuh di tangan Citra Puspasari Mus. Padahal selisih angka survei antara Sasha dan Citra terpaut jauh.
Kesalahan ataukah kesengajaan? Yang jelas Elang dan AHM sebagai kader murni dan pengurus pusat partai Golkar serta ditakuti di Malut menanggung kecewa karena keputusan sepihak DPP yang tidak sejalan dengan mereka di Pilkada 2024.
Sebagai pengurus pusat yang memiliki jabatan strategis di struktur partai, seharusnya diberi kewenangan dan kepercayaan dalam memutuskan sebuah perkara. Sebagai Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Maluku Utara, mantan Bupati Sula dua periode tentunya mengetahui persis soal konstalasi dan eskalasi politik di Maluku Utara menjelang Pilkada 2024.
Namun realitas berkata lain. Konon DPP menerbitkan rekomendasi sejumlah daerah di Malut tanpa melibatkan Elang dan AHM sebagai perpanjangan tangan DPP. Padahal keberadaan dan kontribusi mantan Ketua dan Sekretaris DPD I Partai Golkar Provinsi Maluku Utara itu membuat provinsi kepulauan ini menguning. Sayangnya di panggung bergengsi ini AH malah mengabaikan itikad politik mereka.
Isu hengkang ke partai lain menyeruak luas seantero Al-jazirah Almulk. Jika kabar ini benar, maka tidak mustahil Beringin Maluku Utara yang dulunya rindang dengan pohon yang kokoh bakal berubah menjadi Bunga Bonsai, tumbuh kerdil tak berpenghuni.(****)