Catatan:Sawaludin Damopolii (Wartawan politik Maluku Utara)
Pemilihan Suara Ulang kepala daerah kabupaten pulau Taliabu bakal digelar 5 April mendatang. Hajatan politik untuk memilih orang nomor satu di negeri Hemung Sia Sia Dufu menjadi tontonan menarik publik Maluku Utara wabil khusus masyarakat pulau Taliabu.
Pilkada 27 November 2024 lalu dengan babak tambahan tanggal 5 April nanti suasananya agak berbeda. Kali ini tensi dan iklim politik, apa terlebih TPS di arena PSU lebih meningkat dan semakin seksi.
Kendati diikuti tiga pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah pulau Taliabu namun pemilihan suara ulang yang diamanatkan Mahkamah Konstitusi (MK) di 9 TPS, masing-masing di TPS 02 Desa Woyo Kecamatan Taliabu Barat, TPS 01 Desa Salati, Kecamatan Taliabu Barat Laut, TPS 02 Desa Wayo Kecamatan Taliabu Barat, TPS 01 Desa Bua Mbono Kecamatan Taliabu Utara, TPS 01 Desa Lede Kecamatan Lede, TPS 01 Desa Maluli Kecamatan Taliabu Selatan, TPS 01 Desa Bapenu Kecamatan Taliabu Selatan, TPS 02 Desa Maluli Kecamatan Taliabu Selatan dan TPS 02 Desa Langganu, Kecamatan Lede tersebut menjadi kompetisi bergengsi sekaligus momentun “hidup mati” bagi Paslon nomor urut 1, Sashabila Mus-La Ode Yasir dan Paslon nomor urut 2, Citra Puspasari Mus-La Utu Ahmadi.
Sedangkan pasangan independen nomor urut 3, Abidin-Dedi kemungkinan besar tidak berlaga di pentas PSU menyusul selisih suara mereka terpaut jauh dengan perolehan suara yang dikantongi Sasha dan Citra.
Baik Sasha maupun Citra, kedua srikandi Mus itu so pasti memiliki obsesi dan ambisi politik yang sama, yaitu Menang! Meski ruang kemenangan mantan Kadis Pendidikan Taliabu tercatat kecil, bukan berarti kubu Sasha sesumbar dan jumawa atas keunggulan di atas kertas. Pasalnya, di dunia politik dikenal dengan politics is art of possible. Berbagai kemungkinan bisa terjadi di luar nalar dan hitungan politik.
Karena PSU merupakan fase penentuan dan bergengsi, kedua kubu yaitu Sasha yang dibackup tokoh pemekaran Taliabu yang juga politisi senior partai Golkar Maluku Utara, Ahmad Hidayat Mus bersama mantan Bupati Banggai Kepulauan Sainal Mus, sementara Citra Mus yang dibackup penuh Bupati Sula, Fifian Adeningsi Mus, Bupati Taliabu, Aliong Mus dan Anggota DPR RI, Alien Mus masing-masing kubu dipastikan punya strategi dan pola pemenangannya.
Penerapan sistym open shift, yaitu pola permainan terbuka menjadi standar dan instrumen meraih suara terbanyak oleh kedua belah pihak. Apa terlebih Paslon Citra-La Utu. Mereka wajib meraup 70 hingga 80 persen dari 3.158, angka DPT yang di-PSU-kan di 9 TPS. Jika tidak, maka siap-siap menanggung kekalahan yang kedua kalinya.
Kubu Citra pasti menyadari peluang dan probalitas kemenangan kandidatnya sangat tipis. Apalagi melawan Sasha yang notabene putri kandungnya sang tokoh pemekaran pulau Taliabu, Ahmad Hidayat Mus.
Menyadari peluang menang kandidat Bupati yang dijagokannya tipis, Ningsi pun mulai curi star dengan kemasan silaturahmi ramadhan. Kunjungan Ningsi di sana memicu eskalasi dan dinamika politik lebih bernilai sehingga “perang mawar” alias money politic di arena PSU diprediksi bakal tidak terhindarkan. Kubu Citra di bawah kendali dan pengawalan ketat trio mus, yaitu Aliong, Ningsi dan Alien (ANA) terus memanuver. Mereka bertiga bakal all out di medan PSU demi kemenangan Citra-La Utu.
Lantas, bagaimana dengan Kubu Sasha itu sendiri? hingga saat ini, SAYA-Taliabu belum melakukan penetrasi lapangan. Bahkan aktor politik kawakan, AHM yang merupakan figur central pemenangan Sasha-Yasir pun belum menyambangi lokasi PSU. Kemenangan Sasha tertumpuk di pundak AHM. Orang memilih Sasha karena dedikasi dan kontribusi mantan Bupati Sula dua periode terhadap taliabu cukup besar. Hal ini menjadi credit poin Paslon nomor 1. Hanya saja, ideologi dan fanatisme warga itu bisa bergeser jikalau konsep protektif tidak diterapan. Apalagi rival politiknya cukup agresif memanuver di areal PSU dengan berbagai materi pendekatan.
Dalam sebuah kompetisi, siapa menguasai ruang pertarungan, maka separuh kemenangan digenggamannya. Sehingga starting, timing dan infrastruktur politik pendukungnya harus tepat, tertata dan terpola. Ingat..! Politic is art. Politik adalah seni mengelola tidak mungkin menjadi mungkin.
PSU Pilkada Pulau Taliabu 5 April mendatang benar-benar seksi dan rasa nano-nano. Money politic diharamkan. Tapi kadang kala praktek “perang mawar” tersebut kerap ditempuh oleh kandidat sebagai solusi alternatif menggolkan hasrat kekuasaannya. Sebagai penyelenggara demokrasi, KPUD dan Bawaslu disarankan untuk meningkatkan pengawasannya demi mewujudkan pemilihan umum yang berkualitas dan bermartabat. Ingat! Integritas anda diuji di arena PSU Pilkada Pulau Taliabu. (***)

















