Edi Langkara di belantika perpolitikan Maluku Utara merupakan sosok politisi yang diperhitungkan. Bagi pria asal Patani, Halteng, kelahiran 12 September 1966 ini, politik adalah seni. Ruang rilexisasi dan pengujian skil.
Naluri politiknya mulai mekar di bangku perkuliahan. Sehingga dunia birokrasi yang sempat digelutinya laksana mengenakkan baju kedodoran. Ukurannya tidak pas. Elang kemudian mengasah ekspektasi politiknya di Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), salah satu organisasi masyarakat (Ormas) partai Golkar.
Dari sinilah kiprah politik praktis Elang dimulai. Sebagai anak kampung nan jauh dari hiruk pikuknya keramaian kota, Elang bertekad bulat dan terus survive mengaplikasikan cita-cita leluhur membangun negerinya.
Kepentingan rakyat Halmahera Tengah diperjuangkannya di kala Elang mengemban amanah sebagai anggota DPRD Provinsi Maluku Utara, termasuk diantaranya yaitu memperjuangkan Daerah Otonomisasi Baru. Selain menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar, Elang juga pernah dipercayakan sebagai Sekretaris DPD I Partai Golkar Maluku Utara dan Wasekjen Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar.
Di tahun 2017 politisi asal Desa Gemia, Patani Utara ini berhasil terpilih sebagai Bupati Kabupaten Halmahera Tengah.
Di kanca politik praktis, Elang jatuh bangun demi meraih sebuah ekspektasi. Jatuh-bangun silih berganti menghantui perjalanan karirnya. Fenomena tersebut menjadi dinamika dan perkara yang dilumrahkan. Pasalnya, di dunia politik, seorang politisi disarankan wajib memiliki 10 jantung guna menghadapi berbagai kemungkinan yang datang secara tiba-tiba.
Itulah mengapa Elang dinisbatkan publik dan pengagumnya sebagai sosok Sang Petarung. Gelombang dan badai menjadi sahabat karibnya ketika dia berlayar. Kata Edi, Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut ke Pantai. Peribahasa melayu ini menjadi referensi dan prinsip hidup kesehariannya.
Selain disiplin, bapak lima anak ini dikenal sebagai politikus yang komunikatif. Tegas dan familiar. Bahkan, karena ketegasannya itu sikap Elang sering disalah-artikan dan dianggap sebagai pemimpin temparemen.
Elang adalah lelaki berkulit sawo matang, berpostur tinggi dan bertubuh besar. Cita-cita dia sebelumnya yaitu menjadi seorang tentara. Bertugas dan bertempur fisik dan strategi di medan perang demi NKRI. Itulah tujuan utamanya. Bahkan Ilmu ketentaraan sudah diperolehnya sejak meniti ilmu di bangku kuliah sebagai Resimen Mahasiswa (Menwa). Sayangnya, takdir Allah berkata lain. Elang kini menjadi figur politisi mumpuni dan inspiratif.
Tidak disangka, di balik tubuhnua yang kekar berotot, Haji Edi memiliki hati “Helokitty”. Romantis, lembut dan penyayang. Politisi natural tanpa menyimpan dendam. Hatinya mengalir deras bak air terjun mengaliri persawahan. Penuh cinta dan menumbuhkembangkan harapan. Inilah sisi lain kepribadian Elang. Politisi Religius tak kenal pencitraan. Anak kampung yang sangat menghargai identitas anak negeri. Elang adalah wajah natural Fagogoru.(****)