Sosok Edi Langkara di belantika politik Maluku Utara tidak asing lagi. Namanya begitu familiar dan cukup populer. Edi Langkara dan Halmahera Tengah hubungan emosionalnya tidak bisa dipisahkan.
Elang identik dengan Halteng. Hubungan kedua fariabel itu laksana mata uang. Sisi identitasnya tidak bisa dipisahkan. Kesakralan status sosialnya bertalian erat antara satu sisi dengan sisi lainnya.
Negeri Fagogoru bagi Elang ibarat pakaian. Ternisbat dan melekat terus dalam setiap langkah dan tarikan nafas. Jika pakaian itu menempel setitik noda, kebatinan Elang pun terusik dan segera membilas serta mengharumkannya kembali.
Begitula kedudukan Halteng, negeri Gamrange di mata Elang. Kepedulian Om Haji terhadap eksistensi Halmahera Tengah begitu besar. Dan posisi paling strategi untuk mengaplikasikan pengabdiannya tersebut, harus berada di kursi kekuasaan.
Itulah, salah satu alasan Elang kembali di panggung politik 2024 demi meraih posisi orang nomor satu di Halmahera Tengah. Kembalinya putra Fagogoru di kanca Pilkada Halteng 2024, memicu kepanikan rival politiknya. Untuk meredam kepakan sayap sang Elang, berbagai buly, fitnah dan cacian pun silih berganti menghujaminya bak anak panah.
Namun semakin ditekan eksistensi politiknya, arus dukungan publik kepada Elang kian tak terbendung. Elang terus melengking tinggi dan terus mengepakan sayapnya. “Dari dulu, Saya sudah terbiasa dengan kampanye negatif dari rival politik. Mereka meredam langkah lawan dengan sikap dan prilaku yang tidak cerdas. Namun, masyarakat Halteng sudah tidak bodoh. Mereka sudah kritis. Dan sudah bisa membedakan mana pencitraan dan mana pemimpin tulus membangun negeri,” terang Elang sembari menebarkan senyum khasnya.
Menjadi seorang pemimpin, tidaklah muda. Apalagi berhubungan dengan orang-orang yang tidak merasa puas atas nikmat dan rezeki Allah. “Wah, kalau soal itu gampang-gampang susah. Biar sudah kasih ulang-ulang, tapi sekali saja keinginannya belum dipenuhi, menjadi alasan mereka membenci saya. Tapi saya tetap ikhlas meski nama baik saya dihitamkan mereka. Saya selalu berdoa, semoga orang-orang seperti itu diberi petunjuk oleh Allah Subhana Wata’ala. Bagi Saya, rakyat dan daerah yang paling penting untuk diurus,” ungkap Elang.
Politisi kelahiran Desa Gemia, Patani Utara cukup berkarakter. Sebagian orang menyebutkan Elang sebagai pemimpin pemarah. Namun kebanyakan orang menilai Om Haji, sapaan akrab Edi Langkara adalah politisi berkarakter dan bersahaja. Prilakunya tegas namun berhati lembut. Emosinya natural dan tak menyimpan dendam. Laksana panas setahun tersapu hujan sehari.
Dalam aktivitas keseharian, mantan anggota DPRD Provinsi Maluku Utara tiga periode itu, tampil apa adanya. Tidak ada sekat sosial antara dirinya dan masyarakat desa. Berbaur dan bercanda penuh keakraban.
Momentum itu kemudian menjadi ruang Elang untuk interaktif dan menghimpun informatif. Suasanannya berlangsung santai tanpa pencitraan. Elang memang beda guys!(***)