TERNATE, maluttv.com- Gaya kepemimpinan Sherly Tjoanda sebagai Gubernur Maluku Utara mulai menuai sorotan tajam dari berbagai kalangan masyarakat, terutama dari kalangan akademisi karena membuat kebijakan populis namun kontridiktif.
Sebelumnya Sherly sempat bersitegang dengan DPRD Provinsi Maluku Utara lantaran memberlakukan buka tutup keran anggaran sehingga penyerapan anggaran daerah rendah.
Selain itu, ST juga membentuk tim percepatan pembangunan yang diketuai mantan nara pidana dan tanpa melalui koordinasi dengan Deprov. Sherly juga bakal memberangkatkan jamaah calon haji asal Maluku Utara dengan sistym penerbangan reguler dengan alasan efisiensi. Namun, kebijakan tersebut dianulir kembali setelah dipolemikkan masyarakat melalui media sosial.
Pakar Hukum Keuangan Negara Universitas Khairun Ternate. Dr. Hendra Karianga, SH.,MH menilai Gubernur Sherly tidak memahami tata kelola pemerintahan. Hendra juga mengatakan, pernyataan Sherly tentang menerapkan sistym meritokrasi dan menjaga integritas pemerintahannya hanya sebatas pencitraan dan omong kosong. Buktinya, Sherly mengakomodir mantan Sekda Pulau Morotai, Abjan Sofyan yang juga mantan narapidana kasus korupsi dana APBD Halmahera Barat tahun 2007-2009 sebagai Ketua Tim Percepatan Pembangunan.
Penilaian serupa juga disampaikan Pakar Komunikasi Politik dan Sosiolog Unkhar Ternate, Dr. Syahrir Ibnu. Menurut akademisi Unkhair Ternate, kepemimpinan Sherly Tjoanda nampak semrawut. Bahkan secara psikologis, Ibnu melihat Wakil Gubernur Sarbin Sehe sudah mulai membangkang dengan kebijakan tunggalnya Sherly. Ibnu juga mulai mengendus aroma keretakan antara hubungan Sherly dan Sarbin.
“Beliau (Sarbin red) kan orang birokrasi jadi paham mekanisme birokrasi. Pak. Wakil juga saya lihat sudah merasa jenuh dengan gayanya Sherly. Tinggal kita lihat saja nanti. Kalau beliau masih menjaga integritas, maka pasti membuat langkah. Tapi kalau tara mau pusing dan ingin cari aman, maka hancurlah semua keadaan ini,” tegas Dosen Unkhair Ternate.
Ibnu juga menilai, Sherly terkesan tidak mau orang lain melebihi dirinya apalagi mengambil perannya. Tak ayal, petinggi Pemprov, yaitu Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekprov kerap bersamaan dalam satu moment. “Kepemimpinan Sherly-Sarbin kelihatan rapuh dan terbungkus pencitraan. Semoga Pak. Wakil bisa menjaga integritasnya sebagai seorang birokrat senior dan mantan Kakanwil Agama. Apalagi soal urusan haji, Pak. Sarbin paling memahaminya bukan Sherly. Jadi baiknya jangan main-main dengan urusan haji, bisa fatal,” ungkap Ibnu. (lud/mtv)