Kisah di Balik Pembuatan SK Pengembangan Geopark Boki Maruru: Diterbitkan Elang, Malah Dibatalkan IMS

Gua Boki Maruru Sagea Kebanggaan Masyarakat Maluku Utara.(insert: foto Edi Langkara)

Menjadi top leader di suatu negeri bukanlah sesuatu hal yang muda. Pasalnya, berbagai kepentingan dan tekanan mental multi pihak, baik itu dari lingkup masyarakat, kolega, relasi, pemerintahan, aktivis, Ormas dan pebisnis pun terakumulatif secara masif dan komprehensip disana.

Kadang sebagai manusia biasa yang mengalami fluktuatif psikologis dalam situasi tersebut pasti mengalami turbelensi serta delusi kejiwaan. Namun sebagai pemimpin cerdas, bijaksana dan berakal sehat, dia pasti tau kebutuhan apa yang menjadi skala prioritas dan masalah apa yang menjadi ancaman terhadap eksistensi sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.

Situasi di atas pernah dialami Edi Langkara saat menjabat orang nomor satu di Kabupaten Halmahera Tengah. Bagi Elang, menjadi seorang pemimpin harus siap lahir dan batin. “Siap dihujat, siap dimarahi, siap dibuly dan siap menerima perbedaan baik itu fisik maupun pikiran. Pokoknya semuanya harus siap lahir dan bathin,” ungkap politisi senior Maluku Utara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Dari sejumlah daerah di Maluku Utara, Halmahera Tengah merupakan daerah dollar dan paling diburu para pemodal. Siapa saja yang menjadi top eksekutif di negeri Fagogoru so pasti bakal berhubungan dengan berbagai pihak, termasuk para oligarki.

Selain mental keimanannya kuat, otak dan hati pemimpin pun harus diikat ketulusan sehingga keputusannya berdiri di atas kepentingan daerah dan masyarakat. Karena, jika salah bersikap, maka hancurlah objek warisan leluhur.

Kesadaran kebatinan itu kemudian menjadi landasan kepemimpinan Edi Langkara. Pasalnya, untuk mengantisipasi malapetaka akibat eksploirasi tambang nikel yang kian masif, kepemimpinan Elang-Rahim kemudian menerbitkan Surat Keputusan (SK) Bupati Nomor : 556/KEP/382/2021 tanggal 2 Juli 2021 tentang Penetapan Geosite Boki Maruru dan Sekitarnya sebagai Prioritas Pengembangan Geopark.

Menurut Elang, Boki Maruru Sagea bukan sebatas kawasan destinasi wisata biasa dan ruang hidup sosial ekonomi masyarakat melainkan warisan Geologi (Geoherutage) yang memiliki nilai arkeologi, ekologi, sejarah dan budaya.

“Boki Maruru adalah anugerah terindah dan paling berharga dari sang pencipta untuk Halmahera Tengah. Sebagai pemimpin, Saya harus menjaganya dan melestarikannya. Dasar itu kemudian kepemimpinan Saya dan Pak. Imo menerbitkan SK pengembangan Geopark Boki Maruru,” terang Elang seraya mengatakan menjaga lingkungan hidup nilainya jauh lebih baik.

Ada kisah menarik dialami Elang dalam proses penerbitan SK Pengembangan Status Geopark Boki Maruru, yaitu adanya lobi-lobi penggagalan SK dari orang suruhan pemodal besar. Nilai negosiasinya pun cukup fantastis.

Karena cinta daerah dan demi nasib lingkungan hidup dan masyarakat, putra Fagogoru itupun tidak tergiur. “Dalam proses penerbitan SK nya, ada pihak-pihak yang mencoba menawarkan sesuatu. Saya tidak tergiur. Karena bagi saya, masa depan daerah dan nasib masyarakatlah yang paling utama. Saya tidak mau menggadaikan jabatan saya untuk menghancurkan negeri yang melahirkan dan membesarkan saya,” kisah Elang.

Menariknya, setelah Elang-Rahim selesai masa tugas sebagai Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Tengah 2017-2022, masuklah Penjabat Bupati Ikram Malan Sangadji. Entah apa alasannya tiba-tiba SK Bupati Edi Langkara tentang Penetapan Geosite Boki Maruru dan Sekitarnya Sebagai Prioritas Pengembangan Geopark dicabut dan dibatalkan IMS. Pencabutan SK Peningkatan status Geopark Boki Maruru dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati Halmahera Tengah Nomor: 180/KEP/140/2023.

Kebijakan IMS saat itu langsung mendapat reaksi dan kritisan pedas dari berbagai elemen masyarakat Maluku Utara. Salah satunya yaitu dari Sekretaris KAHMI Wilayah Maluku Utara, Hasby Yusuf. “Kita tidak tahu apa alasannya dibalik pencabutan status pengembangan Geopark Boki Maruru oleh Pj. Bupati Ikram Malan Sangadji. Bagi Saya kebijakan Ikram sangat fatal bagi lingkungan hidup terutama eksistensi Boki Maruru sebagai warisan geologi,” tukas Hasby.

Bices sapaan akrab Hasby Yusuf juga menjelaskan, Boki Maruru tidak sekedar Geowisata. Jika cara pandangnya seperti ini maka menunjukan kesalahan memahami konsep Geopark.

Dari uraian dan kisah seorang pemimpin di negeri emas, beragam ujian pun pasti melanda. Terutama soal pemberian dan iming-iming dari pihak yang berkepentingan. Kita bisa melihat mana pemimpin yang benar-bebar berdiri di atas kepentingan rakyatnya dan mana pemimpin yang berlagak luguh namun berbisa. (***)

Penulis: SawaludinEditor: Sawaludin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *